+ ETIKA
dan PROFESIONALISME TSI
Sikap / perilaku seseorang sebagai individu yang bekerja
sesuai standar moral dan etika yang telah ditetapkan/diberlakukan dalam
menggunakan teknologi sistem informasi.
Aliran Positivisme
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan
ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak
aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi,
semua didasarkan pada data empiris. Sesungguhnya aliran ini menolak adanya
spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan.
Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada
kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan
empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi
pengetahuan.
Legal-positivisme memandang perlu untuk memisahkan secara
tegas antara hukum dan moral. Hukum. bercirikan rasionalistik, teknosentrik,
dan universal. Dalam kaca mata positivisme tidak ada hukum kecuali perintah
penguasa, bahkan aliran positivis legalisme menganggap bahwa hukum identik
dengan undang-undang. Hukum dipahami dalam perspektif yang rasional dan logik.
Keadilan hukum bersifat formal dan prosedural. Dalam positivisme, dimensi
spiritual dengan segala perspektifnya seperti agama, etika dan moralistas
diletakkan sebagai bagian yang terpisah dari satu kesatuan pembangunan
peradaban modern. Hukum modern dalam perkembangannya telah kehilangan unsur
yang esensial, yakni nilai-nilai spiritual.
Aliran
Idealisme
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya
mengenai pribadi individu dengan menitikberatkan pada aku. Menurut idealisme,
pada tarap permulaan seseorang belajar memahami akunya sendiri, kemudian
ke luar untuk memahami dunia objektif. Darimikrokosmos menuju ke makrokosmos.
Menurut Immanuel Kant, segala pengetahuanyang dicapai manusia melalui indera
memerlukan unsure apriori, yang tidak didahuluioleh pengalaman lebih dahulu.
Bila orang berhadapan dengan benda-benda, bukan berartisemua itu sudah
mempunayi bentuk, ruang, dan ikatan waktu. Bentuk, ruang , dan waktusudah ada
pada budi manusia sebelum ada pengalaman atu pengamatan. Jadi, aprioriyang
terarah bukanlah budi pada benda, tetapi benda-benda itu yang terarah pada
budi.Budi membentuk dan mengatur dalam ruang dan waktu.
Pendidikan menurut idealisme diartikan sebagai upaya
terencana untuk mewujudkan manusia ideal yaitu manusia yang dapat mencapai
keselarasan individual yang terpadu dalam keselarasan alam semesta. Upaya
pendidikan harus ditujukan pada pembentukan karakter, watak, menusia yang
berbudi luhur, pengembangan bakat insani dan kebajikan sosial. Menurut
idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang
apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan
diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai
pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang
mengenai nilai tersebut.
Aliran
Eudaemonisme
Dalam
buku Aristoteles yang berjudul “Nicomachean Ethics,” mencetuskan apa yang
disebut sebagai etika “eudaemonisme” rasional (dari Yunani “eudaemon” yang
berarti bahagia). Dalam pembukaan buku tersebut, Aristoteles mengatakan bahwa
segala aktivitas hidup manusia terarah kepada kebaikan. Kebaikan yang dikejar
itulah yang disebut kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan cetusan yang paling
sempurna, ideal dan rasional dari aktivitas tindakan manusia. Namun, apa yang
disebut sebagai kebahagiaan menurut Aristoteles, bukanlah sesuatu yang sudah
selesai, rampung dan tuntas. Kebahagiaan harus disamakan dengan aktivitas,
yaitu aktivitas mencari kebahagiaan. Dengan demikian, etika “eudaemonisme” Aristoteles
adalah etika yang berhubungan dengan rasionalitas manusia. Kebahagiaan menurut
Aristoteles tidak terletak pada pengertian menikmati hasil atau prestasi,
tetapi pada karakter kontemplasi rasional sebagai suatu aktivitas manusia untuk
mengalami pencerahan.
Aliran
Naturalisme
Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang
lahir di dunia mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akanmenjadi
rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga aliran Naturalisme sering
disebut Negativisme.
Pendekatan
untuk mendidik anak bukanlah dengan mengajar anak secara formal atau melalui
pengajaran langsung, akan tetapidengan memberi kesempatan kepada mereka belajar
melalui proses eksplorasi dan diskoveri. “Anak harus diberi kesempatan untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman positif, diberi kebebasan dan mengikuti
minat-minat spontannya. (Krogh, 1994:15).
Naturalisme
memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran (M. Arifin danAminuddin R.,
1992: 9), yaitu:
1. Anak didik belajar melalui
pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan
kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinyasecara alami.
2. Pendidik hanya menyediakan
lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai
fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampumendorong
keberanian anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap
terhadapkebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik.
Tanggung jawab belajar terletak pada diri anak didik sendiri.
3. Program pendidikan di sekolah harus
disesuaikan dengan minat dan bakat denganmenyediakan lingkungan belajar yang
berorientasi kepada pola belajar anak didik. Anak didik secara bebas
diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendirisesuai dengan
minat dan perhatiannya.
Dengan
demikian, aliran Naturalisme menitikberatkan pada strategi pembelajaran
yang bersifat paedosentris; artinya, faktor kemampuan individu anak didik
menjadi pusat kegiatan proses belajar-mengajar.
Sumber :
1. http://www.scribd.com/doc/45080023/7/Aliran-Idealisme
2. http://www.scribd.com/rumrosyid/d/45080023/5-Aliran-Naturalisme